Iklan

Jum'at, 21 Mar 2025

Iklan

.

Puluhan Tahun Berdiri Tanpa Bantuan, Sekolah SD di Ciawun Runtuh Diterjang Banjir

REDAKSI
Kamis, 20 Maret 2025, 16.44.00 WIB Last Updated 2025-03-20T09:44:42Z

 


NASIONAL KINI | SUKABUMI- Sebuah bangunan sekolah yang berdiri atas dasar gotong royong masyarakat di Kampung Ciawun RT 01 RW 08, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, hancur akibat banjir yang terjadi pada 6 Maret 2025. Sekolah yang hanya memiliki tiga ruang kelas ini belum pernah mendapat bantuan dari pihak mana pun, termasuk pemerintah.


Sekolah tersebut didirikan puluhan tahun lalu oleh almarhum K.H. Ahmad Hamidi, seorang tokoh masyarakat yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MUI Kecamatan Palabuhanratu. Pembangunan sekolah dilakukan dari hasil penjualan kebun milik K.H. Ahmad Hamidi, yang kemudian digunakan untuk mendirikan bangunan dan membangun akses jalan ke yayasan.


"Dulu, tanahnya almarhum dijual untuk membangun sekolah dan jalan. Warga juga ikut gotong royong agar anak-anak di sini bisa bersekolah," ujar Neng Sari Kartika, salah satu guru di sekolah tersebut.

Sejak awal berdiri, sekolah ini menjadi harapan bagi masyarakat Kampung Ciawun. Namun, hingga kini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah atau pihak lain. Bahkan setelah banjir menghancurkan bangunan, belum ada bantuan untuk perbaikan sekolah tersebut.


"Selama ini, sekolah ini berdiri murni dari swadaya masyarakat. Tapi sekarang kondisinya hancur karena banjir. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah atau siapa pun yang peduli. Anak-anak di sini sangat membutuhkan tempat belajar yang layak," kata Neng Sari dengan mata berkaca-kaca.


Ia pun berharap Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi, serta pihak berwenang lainnya dapat memberikan perhatian dan bantuan bagi sekolah tersebut.


"Kami mohon kepada Kang Dedi dan semua pihak yang punya kewenangan. Tolong bantu sekolah ini. Kalau tidak segera dibantu, anak-anak di sini harus belajar di mana?" tuturnya.


Sekolah yang telah menjadi kebanggaan masyarakat Kampung Ciawun ini selama bertahun-tahun menjadi tempat belajar bagi anak-anak setempat. Meski hanya memiliki tiga ruang kelas hasil gotong royong warga dan tanah hibah, sekolah ini tetap menjadi simbol perjuangan masyarakat dalam memberikan pendidikan yang layak bagi generasi muda.


Penulis: Ismet 

Iklan